Kelemahan LTX Studio AI



 Berikut kelemahan LTX Studio secara jujur dan teknis, terutama dari perspektif filmmaker:

1. Kualitas manusia (close-up) masih belum stabil

  • Wajah bisa berubah sedikit antar-frame.

  • Ekspresi kurang natural.

  • Detail kulit dan mata belum sehalus VEO atau Runway.

Ini bikin LTX kurang cocok untuk shot emosional, dialog dekat, atau pemeran utama yang butuh konsistensi tinggi.


2. Gerakan kamera kadang terasa “AI-ish”

Walaupun LTX punya kontrol kamera lengkap (dolly/drone/crane), hasil tangkapan kadang:

  • gerakannya terlalu halus/tidak berbobot,

  • parallax kurang natural,

  • depth-of-field terasa artifisial.

Kesan “video game cutscene” kadang masih muncul.


3. Animasi tubuh manusia tidak selalu realistik

  • Gesture tangan masih sering janggal,

  • langkah kaki tidak natural,

  • interaksi dengan objek fisik kadang gagal (misal: memegang cangkir, membuka pintu).

Cocok untuk wide shot, tapi kurang sempurna untuk adegan interaksi detail.


4. Scene kompleks memakan waktu lama atau error

Jika ada:

  • banyak karakter,

  • layer 3D,

  • efek partikelnya banyak,

  • transisi panjang,

LTX kadang:

  • crash,

  • stuck di rendering,

  • atau hasilnya tidak sesuai preview.

Workflow harus sering di-save.


5. Kontrol lighting belum seprecise software sinema

Anda bisa set suasana: warm/cold, sunset, neon, moody.
Namun:

  • key light / fill / rim tidak bisa benar-benar diatur seperti pada Unreal Engine,

  • backlight kadang terlalu overglow,

  • shadow masih soft dan kurang realistis.

Untuk keenakan “cinematic grading” masih harus dikerjakan di post.


6. Konsistensi karakter masih bergantung prompt

Walaupun jauh lebih konsisten dari generator lain, tetap ada masalah:

  • rambut bisa berubah sedikit,

  • outfit berubah tone warna,

  • fisik bisa berubah di scene gelap/terang.

Jika karakter muncul di banyak shot, harus sering dicek.


7. Tidak ideal untuk video final durasi panjang

LTX dirancang untuk:

  • previsualization,

  • storyboard video,

  • animatic,

  • teaser.

Untuk video final berdurasi panjang:

  • kualitas kompresi naik-turun,

  • motion belum sehalus footage nyata,

  • continuity belum selevel film.

 Cocok untuk konsep film, bukan film final.


8. Harga & lisensi

Untuk fitur penuh, LTX memang:

  • butuh akun berbayar,

  • rendering cloud besar bisa memakan kredit lebih banyak.

Jika produksi panjang, budget jadi naik.


9. Butuh learning curve cukup tinggi

Karena punya:

  • timeline,

  • animasi karakter,

  • kamera,

  • layers,

  • scene management,

Butuh beberapa jam/hari untuk terbiasa. Tidak se-“plug & play” Runway atau Pika.

10. Tidak bisa custom asset 3D tingkat tinggi

Masih terbatas untuk:

  • import objek sederhana,

  • environment default.

Belum bisa full kontrol seperti Blender atau Unreal.

Komentar